Mendaki... Menguatkan Saya!



Gunung Papandayan, Oktober 2014


Tak pernah terpikir sebelumnya tentang mendaki sebuah gunung. Apalagi jika harus mencapai puncaknya. Betapa menakutkan berjalan di tengah hutan rimba dan melewatkan malam di belantara sepi. Itu yang terbayang. Namun, orang bilang kehidupan itu seperti mendaki gunung. Naik perlahan, menaklukan semua rintangan yang ada untuk mencapai tujuan yang sama, yaitu puncak. 

Mencapai puncak memang tak pernah mudah. Banyak hal yang harus ditaklukan, termasuk kepercayaan terhadap orang-orang yang mendaki bersama kita. Akankah kita menjadikan mereka saingan kita -yang juga harus kita taklukan-, ataukah jadi kawan kita -yang dengannya kita bisa saling membantu untuk sampai puncak-. It's a matter of your choice.

Teringat kutipan dari om Eiji Yoshikawa dalam bukunya, Taiko:

Puncak gunung dianggap sebagai tujuan akhir sebuah pendakian. Tapi tujuan sesunggungnya yaitu memperoleh kenikmatan hidup. Tidak ditemui di puncak, melainkan dalam kesulitan-kesulitan yang menghadang di perjalanan.

Perjalanan itu ditandai oleh lembah, tebing, sungai, jurang, serta tanah longsor. Dan waktu menyusuri jalan setapak, sang pendaki mungkin merasa ia tak dapat maju lebih jauh atau bahkan kematian lebih baik daripada meneruskan perjalanan.

Tapi kemudian ia bangkit dan kembali berjuang melawan kesulitan-kesulitan yang menghadang. Dan ketika akhirnya ia dapat menoleh dan mengamati rintangan yang berhasil diatasinya, iapun menyadari bahwa ia telah merasakan kenikmatan hidup yang sesungguhnya.

Betapa membosankan hidup bebas dari kebimbangan atau perjuangan yang melelahkan! Betapa cepatnya orang akan bosan menempuh perjalanan di tempat yang datar. Pada akhirnya, hidup manusia merupakan rangkaian penderitaan dan perjuangan. Dan kenikmatan hidup tidak terletak pada masa-masa jeda yang singkat.

Semua kutipan dari om Eiji sudah pernah saya rasakan. Kalimat demi kalimat. Baik itu dalam pendakian yang sebenarnya ataupun dalam kehidupan yang nyata saya jalani hingga saat ini. Ketika kesulitan hidup harus saya hadapi, maka saya akan ingat masa-masa dimana saya mendaki, menghadapi rintangan, hampir akan menyerah, namun nyatanya saya bisa mencapai puncak. 

Ketika mengingat hal itu, maka saya seperti mendapat suntikan semangat baru, semangat untuk tidak pernah menyerah! Ketika saya merasa ada di bagian terbawah dalam sebuah putaran roda, maka saya akan mengingat tujuan saya, dan perlahan saya akan bangkit kembali! Seperti yang saat ini saya jalani. Memulai kembali dari titik nol.


"Mendaki... menguatkan saya!"


Tidak sedikit orang yang saking ambisiusnya ingin mencapai "puncak", dia melupakan betapa banyak keindahan yang ia lewatkan saat akan menuju puncak. Udara sejuk, bunga-bunga harum, tebing-tebing terjal, turunan curam, lutut bertemu muka, dan tentunya kawan-kawan seperjalanan.

Saya mendaki gunung karena disana saya temukan kepegalan, kecapean, dan kesembelitan. Kesulitan-kesuliatan itu membuat saya merasakan nikmatnya ketenangan, ketentraman, dan kebahagiaan saat saya mendaki dan mencapai tujuan. Namun, terlepas dari tujuan yang akan saya capai, saya hanya ingin mencium harum bunga-bunga sepanjang perjalanan... menikmati prosesnya.

Ada dua lelah yang tak pernah saya keluhkan...
Lelah saat mendaki.. dan memasak...
-alamrunitis-

alamrunitis
25/08/15
18.25




Tidak ada komentar:

Posting Komentar