Kali ini saya me-repost tulisan milik Om Darwis Tere Liye
yang beliau share di akun Facebook-nya. Menurut saya ini cerita yang inspiratif
sekali. Monggo dibaca..
Kalian pernah menonton film The Lord of The Ring, bukan?
Syukur-syukur juga pernah membaca bukunya.
Tolkien, pengarang buku itu, menjelaskan bahwa pahlawan
paling utama dalam cerita yang dia karang adalah Sam. Bukan Gandalf, bukan
Frodo, bukan Aragorn, melainkan Samwise Gamgee.
Apa yang telah dilakukan Sam hingga dia disebut pahlawan
paling spesial? Sepanjang cerita dia hanya "membantu". Dia membantu
tokoh utama dengan tulus, setia, dan tangguh. Dia menyelamatkan berkali-kali
tokoh utamanya. Dan yang paling super, dialah yang paling mudah melepaskan
cincin sakti itu. Berikan cincin itu ke Sam, maka dengan mudah Sam melepaskannya
kembali, karena Sam tidak punya ambisi my precious, my precious. Dia menyadari
dengan sungguh2 posisinya, mengerti tanggung-jawabnya, kemudian melaksanakannya
dengan ihklas.
Di dunia ini, potret Sam ada di mana-mana.
Jika kalian guru, maka sungguh kalianlah pahlawan paling
utama. Kalian laksana seorang Sam. Murid-murid kalian tumbuh menjadi Frodo,
Aragorn, Gandalf masa kini (Presiden, Inventor, jenderal, pengusaha, dokter,
dll), murid-murid kalian menjadi orang hebat, tokoh utamanya. Sedangkan guru,
tetap di sana-sana saja posisinya. Kalian membantu tokoh utama dengan tulus,
setia dan tangguh agar tumbuh menjadi keren. Kalian juga menyelamatkan mereka
(saat mereka malas, nakal, melakukan kesalahan), kalian memberikan motivasi,
dorongan, kesempatan berikutnya. Dan yang paling supernyanya lagi, kalian
melepaskan kesempatan yang mungkin lebih baik selain menjadi guru, kalian
memilih dengan sadar posisi sebagai guru.
Pun ibu rumah tangga, itu juga adalah potret Sam. Seorang
ibu rumah tangga, juga memilih posisinya, lantas membantu tokoh utama.
Anak-anaknya, suaminya, mereka tumbuh menjadi orang hebat, ibu rumah tangga
cukup tersenyum menatap semuanya. Selalu bahagia dan bersyukur. Ibu rumah
tangga yang baik, adalah pahlawan, dalam kaca mata peradaban manapun, masyarakat
manapun, juga agama manapun. Derajat mereka tidak terbantahkan--kecuali oleh
orang-orang yang tidak paham hakikatnya.
Jangan berkecil hati jika kita hanya menjadi "peran
pembantu" dalam hidup ini. Sepanjang dilakukan dengan tulus, kebahagiaan
tetap bisa kita rengkuh. Kita tidak pernah bicara tentang siapa yang akan
memuji, siapa yang akan mengelu-elukan kita. Tidak pernah. Kita selalu bicara
tentang kebahagiaan di dalam hati sendiri.
Jangan berkecil hati jika kita hanya mendapatkan peran
remeh-temeh. Pun jangan berkecil hati jika kita dalam situasi paling
menyebalkan, kecewa atas peran tersebut. Apa kata Sam ketika mereka di
salah-satu titik nadir, titik dasar petualangannya? "Ada banyak hal baik
di dunia ini, Master Frodo, dan itu layak kita perjuangkan habis-habisan."
*Tere Liye
Setelah membaca tulisan ini, saya lebih teryakinkan bahwa
kebahagiaan itu tidak melulu tentang memiliki segalanya, tapi yang terutama
adalah tentang apa yang dirasakan hati. Ada saatnya kita memiliki pekerjaan
yang bagus, gaji yang cukup, tapi pikiran stress, dan tidak merasakan kepuasan
atas apa yang dikerjakan. Seakan-akan waktu, tenaga, dan pikiran yang telah
dicurahkan tidak menghasilkan apa-apa. Tapi sebaliknya, ada saat dimana kita
melakukan hal simple, sepele menurut orang lain, bahkan tidak menghasilkan
uang, namun kita merasakan kepuasan yang begitu besarnya. Ujung-ujungnya adalah
senang hati. Hidup ini tak melulu soal ujung-ujungnya duit, guys.
Mau berperan sebagai tukang becak, bos restoran, asisten
manager, pembantu rumah tangga, tukang gado-gado, atau jadi apapun itu,
lakukanlah yang terbaik, dan jadilah yang sempurna.
"Setiap orang berhak bahagia...
atas takdirnya... juga atas pilihannya."
alamrunitis
07/08/15
11:29
Tidak ada komentar:
Posting Komentar