Cita-citaku

Terinspirasi dari obrolan bersama kawan malam tadi, tentang pernikahan. WIW. 
Kali ini saya ingin berbagi tentang cita-cita saya ketika sudah menikah nanti. Ah, sepertinya itu akan mengasyikan. Bertemu setiap hari bersama orang yang kita sayang. Mulai bangun tidur sampe tidur lagi. No more LDR mameennn :D

Ya, cita-cita saya setelah menikah adalah menjadi istri dan ibu yang baik. Itu saja.

Satu cita-cita, namun perlu usaha extra untuk mewujudkannya. Kawan saya bilang, "Nanti udah nikah tuh banyak kejutan loh. Hal-hal yang selama pacaran tak terungkap, bakal terlihat semua setelah menikah. Hal kecil aja sering jadi perdebatan. Harus banyak-banyak sabar dan terus mau belajar". Sedikit merinding, karena sekarang aja kadang masih kuat-kuatan ego kalo lagi beda pendapat.

Takut menikah? Nggak lah! Nikah yuk! Target tahun ini harus terpenuhi. hhe. Doakan ya sahabat.
Cerita dari kawan ini, kawan itu, akan jadi motivasi saya untuk berusaha mengalahkan ego sendiri. Seorang Ustadz bilang, "Pernikahan itu seperti universitas kehidupan, akan berakhir jika salah satunya meninggal dunia." Yap, saya setuju denganya. Pernikahan merupakan awal, bukan akhir. 


Saya awalnya berpikir bahwa, "Duh nikah itu ribet kali ya, harus nyiapin ini itu, ngurusin mulai dari undangan, list tamu, catering, gedung, baju, souvenir, dan yang tak kalah penting adalah penghulunya juga modalnya,". Tapi kalo dipikir-pikir lagi, sepertinya pandangan saya itu salah. Tujuan menikah bukan hanya untuk resepsi, merayakan bersama keluarga dan sahabat, kemudian selesai. Tapi lebih dari itu, pernikahan adalah awal perjalanan yang akan dilalui oleh saya dan suami. Dimana pemikiran ini tak bisa berjalan sendiri. Ada orang yang menjadi partner hidup yang harus selalu diajak untuk berbagi. 

Seperti halnya universitas, setiap harinya kita diberi pelajaran yang terkadang sama sekali belum pernah kita temui di kehidupan sebelumnya. Akankah kita melewatinya? Atau berhenti sampai situ dan menyerah? Waktu yang akan menjawabnya. Prediksi saya, perjalanan itu bukanlah perjalanan yang mudah untuk dilewati, apalagi calon imam saya bekerja di dunia konstruksi. Dunia yang juga saya jalani, dimana seringnya waktu di proyek lebih banyak daripada waktu di rumah. Namun itu tidak menjadi alasan untuk saya untuk menyerah lalu pergi. Saat ini saya sudah dikhitbah. Artinya saya sudah menerima dia apa adanya dan siap dengan segala resikonya.

Semoga tulisan ini bisa menjadi pengingat ketika saya dihadapkan dengan kejutan yang tidak sesuai dengan keinginan. Menjadi penguat disaat lemah, menjadi obat disaat sakit, dan ladang bersyukur ketika kami sudah sampai ke keadaan yang lebih baik. Aamiin..

Dear You, Calon Imamku.
Cobaan yang saat ini kita hadapi mungkin masih kecil dibanding cobaan-cobaan lain yang akan datang. Kita pernah melewati berbagai rintangan di masa lalu. Saya yakin, kita juga bisa melewati rintangan di masa depan. Semoga Allah selalu memberkahi langkahmu untuk menghalalkanku. Aamiin..


alamrunitis
29/06/15 
09:45 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar